Kamis, 28 Mei 2015

Profil Tanah by Lely Pratiwi Simanjorang, S.Hut.



PROFIL TANAH
(Laporan Pratikum Ilmu Tanah Hutan)



Oleh
Lely Pratiwi S.
1414151051



logo-unila-bw.jpg




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015


I.                   PENDAHULUAN


A.                Latar Belakang


Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor – faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari ciri – ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya.

Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuannya yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi keras dan menyangga kapasitas drainase dan kapasitas untuk melakukan drainase dan menyimpan air, plastisitas, kemudahan untuk ditembus akan aerasi dan kemampuan menahan retensi unsur – unsur hara tanaman, semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Hal ini tepat sekali, karena itu, orang – orang penggarap tanah mengetahui arti dan sampai berapa jauh sifat – sifat tersebut dapat diubah. Hal ini benar apakah tanah digunakan sebagai media pertumbuhan tanaman .

Tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Dalam tanah yang kering, maka tanah hanya terdiri dari dua bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-pori udara.

Dalam tanah yang jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau butiran dan air pori. Dalam keadaan tidak jenuh, tanah terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian padat (butiran), pori-pori udara, dan air pori.

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dan dibagi menjadi beberpa kelompok antara lain; kasar(pasir, pasir berlempung), agak kasar (lempung berpasir, lempung berpasir halus), sedang (lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu),agak halus (lempung liat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu), halus (liat berpasir, liat berdebu). Selain itu, tanah mempunyai perbedaan dalam memegang air, kemampuan ini tergantung pada teksturnya. Dengan tekstur tanah dapat dibahas dan dikemukakan tentang bahan mineral seperti pasir, debu dan liat dalam susunan tanah yang penting bagi berbagai kehidupan di muka bumi. Partikel-partikel tanah yang dikelompokkan berdasarkan atas ukuran tertentu disebut fraksi ( partikel) tanah, fraksi tanah ini dapat kasar ataupun halus.

Tanah memiliki banyak sifat fisik diantaranya: warna tanah, pH, kadar bahan organik, drainase, tekstur dan struktur. Sehingga analisis mengenai sifat fisik tanah ini akan mampu digunakan sebagai acuan dalam dapat dimanfaatkan untuk penggunaan lahannya. Dalam laporan ini secara terinci akan dibahas mengenai profil tanah yaitu solum tanah, struktur tanah, tekstur tanah, warna tanah, kadar air tanah dan perakaran dalam tanah.



B.Tujuan Percobaan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pratikum mengenai uji sifat fisik tanah sebagai berikut.

1.                  Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan konsep pembentukan tanah melalui pengamatan profil tanah hutan di lapangan.
2.                  Mahasiswa mengetahui perkembangan lapisan tanah hutan.
3.                  Mahasiswa dapat menjelaskan sifat fisik tanah hutan yang berkaitan dengan tekstur dan struktur tanah serta warna tanah.
4.                  Mahasiswa dapat menjelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah hutan.



























II.                TINJAUAN PUSTAKA



Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara lubang dengan ukuran lebar dan panjang serta kedalaman tertentu sesuai keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat tekanan gaya – gaya alam ( naturalforces) terhadap  proses pembentukan. Pembentukan dan pelapukan bahan – bahan koloid ( Hakim, dkk. 1982).
Struktur tanah merupakan susunan  ikatan partikel  tanah  satu  sama  lain. Ikatan  tanah  berbentuk  sebagai  agregat  tanah.  Apabila  syarat  agregat  tanah terpenuhi maka dengan sendirinya tanpa sebab dari luar  disebut  ped,  sedangkan ikatan  yang  merupakan  gumpalan  tanah  yang  sudah   terbentuk  akibat penggarapan  tanah  disebut  clod.  Untuk  mendapatkan  struktur tanah yang baik dan valid  harus  dengan  melakukan  kegiatan  dilapangan,  sedang laboratorium elatif  sukar  terutama  dalam  mempertahankan  keasliannya  dari bentuk agregatnya (Hardjowigeno, 1992).
Pengamatan dilapangan pada umumnya didasarkan atas type struktur, klas struktur dan derajat struktur.  Ada macam-macam tipe tanah dan pembagian menjadi bermacam-macam klas pula. Di sini akan dibagi menjadi 7 type tanah yaitu : type lempeng ( platy ), type tiang, type gumpal ( blocky ), type remah (

crumb ), type granulair, type butir tunggal dan type pejal ( masif ). Dengan pembagian klas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang, kasar dan  sangat kasar. Untuk semua type tanah  dengan ukuran kelas berbeda-beda untuk masing-masing type. Berdasarkan tegas dan tidaknya agregat tanah dibedakan atas : tanah tidak beragregat dengan struktur pejal atau berbutir tunggal, tanah lemah ( weak ) yaitu tanah yang jika tersinggung  mudah pecah menjadi pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat lemah dan agak lemah tanah. Sedang/cukup yaitu tanah  berbentuk agregat yang jelas yang masih dapat dipecahkan, tanah kuat ( strong ) yaitu tanah yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika dipecah terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukupan  (Koorevaar, 1987).
Struktur tanah adalah penyusunan (arrangement) partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan lempung membentuk agregat-agregat yang satu agregat denganagregat lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur horison-horison tanah sering berbeda satu dengan yang lainnya dan merupakan penciri yang penting darisifat tanah, sama halnya dengan tekstur dan warna tanah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam hubungannya dengan porositas, tersedianya unsur hara kegiatan jasad hidup dan pertumbuhan. Struktur tanah yang sempurna mampu memperbaiki sistemaerasi dan gerakan air (Bale, 2001).
Proses  pelapukan  adalah  berubahnya  bahan  penyusun  didalam  tanah dari  bahan  penyusun  batuan.   Sedangkan  proses  perkembangan  tanah  adalah terbentuknya  lapisan  tanah  yang  menjadi ciri, sifat, dan kemampuan yang khas dari  masing – masing  jenis tanah. Contoh  proses pelapukan adalah  hancurnya batuan  secara fisik,  sedangkan  contoh  untuk  peristiwa  perkembangan  tanah adalah terbentuknya horison tanah, latosolisasi (Darmawijaya, 1990 ).
Tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1.      Pasir
Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
2.      Pasir Berlempung
Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur.
3.      Lempung Berpasir
Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
4.      Lempung
Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat.
5.      Lempung Berdebu
Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilat.
6.      Debu
Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
7.      Lempung Berliat
Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
8.      Lempung Liat Berpasir
Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.
9.      Lempung Liat Berdebu
Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat.
10.  Liat Berpasir
Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
11.  Liat Berdebu
Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
12.  Liat
Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan (Hardjowigeno, 1992).
Tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap. Sedangkan dilapisan bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, warna tanah banyak dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. 3 H2O (limonit) yang berwarna kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan kadang-kadang kering, maka selain berwarna abu- abu (daerah yang tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Keberadaan jenis mineral dapat menyebabkan warna lebih terang (Hardjowigeno, 1992).

Warna tanah merupakan sifat morfologi tanah yang paling mudah dibedakan. Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah.  Warna hitam menunjukkan kandungan bahan organik tinggi.  Warna merah menunjukkan adanya oksida besi bebas (tanah-tanah yang teroksidasi).  Warna abu-abu kebiruan menunjukkan adanya reduksi.  Warna disusun oleh tiga variabel, yaitu hue, value, dan kroma.  Hue adalah warna spectrum yang dominan, sesuai dengan panjang gelombangnya.  Value menunjukkan gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan.  Khroma menunjukkan kemurnian atau kekuatan dari warna spektrum (Suprapto, 2008).
                                                                              







III.             METODE PRAKTIKUM



A.      Alat dan Bahan


Adapun alat yang dibutuhkan dalam pratikum ini adalah sebagai berikut: pita meter, cutter, ring, palu, balok kayu, oven, neraca. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi: buku  munsell soil colour chart, kertas, air dan tanah.

B.       Cara Kerja


Adapun langkah – langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini, sebagai berikut.
1.                  Menyiapkan alat dan bahan, menentukan lokasi praktikum.
2.                  Salah seorang dari tiap –tiap kelompok masuk kedalam lubang yang telah digali untuk melakukan pengukuran tiap – tiap lapisan tanah.
3.                  Mengamati lapisan tanah dan mengukur solum tanah tiap – tiap bagian, mulai dari lapisan O, kemudian A dan B.
4.                  Mengamati struktur tanah dan menentukan tipe strukturnya dengan mengambil tanah pada solum A dan B.
5.                  Mengamati tekstur tanah dengan mengambil tanah dari lapisan A dan B.

6.                  Basahi tanah dengan sedikit air kemudian pijit diantara ibu jari dan jari telunjuk sehingga membentuk pola lembab sambil diperhatikan rasa kasar atau licin.
7.                  Kemudian digulung sambil dilihat daya tahannya terhadap tekanan dan dilihat pula kelekatannya, jari telunjuk dan ibu jari direnggangkan.
8.                  Mengamati warna tanah dengan mengambil segumpal tanah pada solum O, A dan B.
9.                  Menambahkan sedikit air hingga cukup lembap dengan menggunakan jari atau pisau,letakkan tiap – tiap contoh tanah tersebut dibawah kertas Munsell.
10.              Mencocokkan warna matrik dengan warna pada Munsell.
11.              Setelah sesuai catat Hue, Value dan Chroma.
12.              Mengambil tanah pada solum A dengan menggunakan ring, lubang ring dibuat searah tanah.
13.              Kemudian, ring ditekan dengan balok hingga ring terisi padat dan penuh.
14.              Menggunakan cutter untuk mengeluarkan ring yang telah berisi tanah tersebut, menutup kedua bagian ring dengan penutupnya.
15.              Menimbang ring beserta isinya.
16.              Mengeringkan contoh tanah tersebut dalam oven, dengan tutup terbuka, pada suhu 1500 C selama 24 jam sampai beratnya konstan.
17.              Dinginkan ring dengan isinya pada eksikator sampai mencapai suhu ruangan (ring tertutup).
18.              Menimbang ring dengan isinya.
19.              Menghitung persentase kadar air diatas berdasarkan bobot tanah kering oven.
20.              Mengamati perakaran yang pertama kali muncul di dalam tanah .
21.              Mengukur mulai dari lapisan teratas (O) sampai ke batas akar tersebut pertama kali muncul.
22.              Membuat laporan tentang hasil praktikum tersebut.





















IV.             HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



A.      Hasil Pengamatan


Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan hasil sebagai berikut :

No
Kedalaman Tanah
Solum
Struktur
Teks
-tur
Warna
Kadar Air
Perakar-an
1
24 cm
O
-
-
4/4 reddish brown

-
2
39 cm
A
Blocky
Liat
6/6 reddish yellow

38 cm
3
72 cm
B
Angular
Blocky
Lempu-ng Berpasir
7/8 reddish yellow

-


B.                 Pembahasan


Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa setiap tanah mempunyai horison – horison – horison berbeda. Lapisan O pada profil dalam mempunyai kedalaman 24 cm dan berwarna 4/4 reddish brown (termasuk warna gelap). Warna gelap tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kandungan bahan organik yang tinggi yang terdekomposisi. Hal ini sesuai dengan dituturkan Hakim (2007) yang menyatakan bahwa horison teratas hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horison ini. Humus dari horison bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk lapisan I, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan.

Pada solum O ini tidak dapat diamati struktur tanah, tektur tanah dan kadar air tanah. Hal ini dikarenakan solum tersebut yang banyak mengandung bahan organik sehingga tanahnya tidak padat dan sudah bercampur dengan mineral serta aktivitas biologis tumbuhan maupun hewan. Di lapisan ini juga belum termasuk batas akhir perakaran karena biasanya tanaman ditanam mulai dari lapisan ini sehingga akarnya akan berada di lapisan yang berikutnya.

Lapisan A pada profil dalam mempunyai kedalaman 39 cm. Berstruktur blocky, yaitu tanahnya bebentuk tajam. Tekstur adalah ukuran relatif dari ukuran butir tanah yang terdiri dari pasir (2 nm – 50 nm), debu (50 nm – 2nm) dan liat ( < 2nm). Tekstur tanah pada lapisan A ini adalah liat yaitu rasa piritannya halus berat, pembentukan bola tanahnya membentuk bola dengan baik,mudah digulung serta kelekatannya sangat lekat.

Warna tanah pada solum A ini adalah 6/6 reddish yellow ,yaitu lebih cerah dibandingkan warna pada solum O. Lapisan II ini mempunyai batasan lapisan baur. Hal ini sesuai dengan menurut, Hardjowigeno (1985) bahwa batas suatu horison dengan horison lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Pada lapisan ini juga merupakan batas muncul perakaran tanaman yaitu pada kedalaman 38 cm dari lapisan teratas.

Pengambilan tanah untuk perhitungan kadar air tanah juga diambil pada lapisan ini dengan menggunakan ring. Adapun cara perhitungannya adalah sebagai berikut.
Kadar air (%) =   x 100%
Keterangan:
Bobot air                        = bobot ring berisi tanah lembap – bobot  ring berisi tanah
                                     kering oven.
Bobot tanah kering oven = bobot ring berisi tanah kering oven – bobot ring.
Namun, pada praktikum ini kelompok kami melakukan kesalahan pengambilan tanah. Pengambilan tanah pada ringnya tidak terisi penuh sehingga tidak dapat dilakukan penimbangan dan juga pengovenan. Sehingga kami tidak mendapat persentase kadar air dari tanah yang kami amati.

Solum B memiliki kedalaman 72 cm dan struktur tanah angular blocky yaitu tumpul berbalik dengan lapisan A yang tajam. Tekstur tanah pada lapisan ini adalah lempung berpasir, yaitu rasa piritannya kasar agak jelas, pembentukan bola tanah yaitu membentuk bola agak keras, mudah hancur dan kelekatannya lekat. Hal ini sesuai dengan Buckman (1982) yang menyatakan bahwa pada lapisan ke III merupakan transisi dari batuan asal dibawahnya dan soil yang berkembang diatasnya.

Warna pada solum ini yaitu 7/8 reddish yellow yaitu, kuning kemerahan. Pada lapisan ini tidak ada penghitungan kadar air dan pada lapisan ini juga tidak muncul lagi akar tanaman. Jadi, pada praktikum profil tanah ada enam yang diamati, yaitu : solum tanah, struktur tanah, tekstur tanah, warna tanah, kadar air tanah dan perakaran tanaman pada tanah.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah. Terdiri dari iklim, yaitu merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi fisik didalam tanah. Kedua yaitu topografi merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk kecuraman dan bentuk lereng. Keadaan topografi di tempat pengambilan profil tanah adalah datar. Vegetasi pada tempat pengambilan sampel tanah di dalam profil tanah adalah subur dengan tanaman berupa rumput. Lokasi ini adalah merupakan bagian dari laboratorium terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
















V.                KESIMPULAN DAN SARAN



A.      Kesimpulan


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pratikum mengenai uji sifat fisik tanah sebagai berikut :
1.                  Pada solum O memiliki kedalaman 24 cm, warna 4/4 reddish brown dan tidak memiliki struktur, tekstur, kadar air dan perakaran yang muncul .
2.                  Pada solum A memiliki kedalaman 39 cm, struktur tanahnya blocky, tekstur tanahnya liat, warna tanahnya 6/6 reddish yellow dan pada lapisan ini merupakan akar terakhir muncul yaitu pada kedalaman 38 cm.
3.                  Pada solum B memiliki kedalaman 72 cm, struktur tanahnya angular blocky, teksturnya lempung berpasir, warnanya 7/8 reddish yellow,tidak ada lagi akar yang muncul pada lapisan ini.
4.                  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan lapisan tanah yaitu, waktu, kondisi permukaan (topografi), jasad renik, batuan dan iklim.

B.            Saran
Adapun saran yang dapat diberikan praktikan pada praktikum ini, yaitu sebaiknya praktikum dilakukan perkelompok ke tempat praktikum agar pada saat praktikum semua dapat mengamati dengan jelas profil tanahnya.





















DAFTAR PUSTAKA




Bale. 2001.Ilmu tanah. Bharata Karya Aksara.Jakarta.
Darmawijaya. 1990. Dasar – dasar Ilmu Tanah. PT. Rajagara Findo Persada.
 Jakarta.
Koorevaar. 1987.  Fundamentals Of Soil Science. Fifth Ed. John Waley& sons. New
York.
Hakim,dkk. 1982. Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
Hardjowigeno, Prof. Dr. Ir. H. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta.
Suprapto. 2008. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo.Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar