Jumat, 16 Februari 2018

JASA LINGKUNGAN WISATA AIR TERJUN WIYONO DESA WIYONO KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN

JASA LINGKUNGAN WISATA AIR TERJUN WIYONO DESA WIYONO KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN
 (Laporan Turun Lapang Pengelolaan Jasa Lingkungan) 

 Oleh Lely Pratiwi S. 1414151051 


 UNIVERSITAS LAMPUNG 
BANDAR LAMPUNG 
2017 

 I. PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang 

 Kawasan lindung merupakan suatu wilayah memiliki ciri-ciri khas/unik yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan peerlindungan keanekaragaman tumbuhan, satwa dan ekosistemnya, system penyangga kehidupan, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan konservasi sebagai ekosistem hutan mempunyai beragam macam manfaat, yang diperoleh dari penggunaan barang dan jasa maupun bukan dari penggunaan Ketersediaan dan pemanfaatan barang dan jasa hutan ini tentunya menentukan keberadaan berbagai kegiatan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu keberlanjutan aliran barang dan jasa hutan ini penting dipelihara di dalam kegiatan pengelolaan ekosistem hutan atau kawasan konservasi. Barang dan jasa yang dihasilkan ekosistem hutan ini sebagian besar bukan barang yang memiliki pasar (tidak memiliki harga pasar). 

 Kondisi ini tentunya akan mempengaruhi pengelolaan untuk menjamin kelestarian aliran manfaat yang ada di dalam komponen-komponen nilai ekonomi total tersebut (ini akan dibahas di dalam pengelolaan jasa lingkungan tata air kawasan lindung). Ekosistem hutan di kawasan lindung Taman Hutan Raya Wan Abbdurahman memberikan berbagai jasa lingkungan. Jasa lingkungan dapat berupa aliran manfaat (flow) seperti air dan keindahan bentang alam dan udara bersih dari Air Terjun Wiyono/Gunung Betung. Air merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari, untuk manusia, tumbuhan dan hewan, tanpa ada air maka tidak ada kehidupan yang mampu bertahan. Keberadaan Jasa Lingkungan Air Terjun Wiyono tidak hanya memberikan pemenuhan air bagi masyarakat tetapi dapat memberikan keindahan lanskap yang dapat dinikmati sebagai objek wisata. 


 B. Tujuan Tujuan dilakukannya turun lapang ini adalah sebagai berikut. 

 1. Mahasiswa memahami prinsip – prinsip yang terdapat pada Wisata Jasa Lingkungan Air Terjun Wiyono. 

2. Mahasiswa memahami tahapan – tahapan yang terdapat pada Wwisata Jasa Lingkungan Air Terjun Wiyono. 

3. Mahasiswa memahami lembaga yang terkait dan skema dalam pengelolaan jasa lingkungan Air Terjun Wiyono. 


 III. METODELOGI PENELITIAN 

 A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, buku, kamera dan alat perekam. Sedangkan, bahan yang digunakan adalah informasi mengenai jasa lingkungan Air Terjun Way Betung/ Wiyono dalam produk wisata. 

 B. Tempat dan Waktu Turun Lapang Turun lapang ini dilaksanakan di kawasan Taman Hutan Raya Wan Abbdurahman tepatnya Air Terjun Wiyono, Desa Wiyono, Kecematan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran pada 25 Mei 2017 pukul 09.00 s.d 15.00 WIB.

 C. Langkah Kerja Langkah – langkah yang dilakukan pada turun lapang ini, yaitu : 

1. Mahasiswa/i menyiapkan alat dan bahan. 

2. Mahasiswa/i menuju lokasi turun lapang. 

3. Melakukan diskusi bersama pengelola Air Terjun Wiyono.

 4. Melihat kondisi Air Terjun Wiyono secara langsung. 

5. Mewawancarai pengunjung/ wisatawan Air Terjun Wiyono. 

6. Membuat laporan 


 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 

 Praktikum turun lapang yang telah dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Mei 2017 berlokasi di Air Terjun Wiyono Gunung Betung. Pada praktikum kali ini dilakukan kunjungan untuk melihat penerapan prinsip-prinsip, tahapan-tahapan serta kelembagaan yang ada pada pengelolaan jasa lingkungan di lokasi tersebut. Berdasarkan lokasi yang ada jasa lingkungan yang terdapat yaitu air terjun sebagai destinasi ekowisata. Adapun hasil yang didapat adalah sebagai berikut. 

 a. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Jasa Lingkungan Air Terjun Wiyono Gunung Betung Sebagai Destinasi Wisata Dari hasil turun lapang prinsip realistik dapat dilihat secara nyata untuk bentuk wisata air terjun. Terdapat dua air terjun di lokasi tetapi yang menjadi destinasi wisata terbesar ialah air terjun yang pertama. Hal ini dikarenakan lokasi air terjun memiliki waktu tempuh lebih terjangkau. Air terjun yang ada juga dimanfaatkan masyarakat setempat untuk kehidupan sehari-hari. Berdasarkan keterangan ketua kelompok tani yang mengelola wisata air terjun untuk prinsip sukarela sendiri ada beberapa pihak yang pernah menjadi pendamping dalam pengelolaan salah satunya yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Swanadipa. Tetapi tidak memberikan dampak yang baik dan positif karena pemanfaatan yang ada hanya berdasarkan pandangan materi atau keuntungan dari wisata yang ada. Kemudian diambil alih oleh Dinas Kehutanan Provinsi Lampung melalui bagian pengelolaan dari Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman (Tahura WAR). 

Jenis pengelolaan yang diberikan yaitu Ekowisata Berbasis Masyrakat. Berdasarkan keterangan pengelola lebih pendampingan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Lampung lebih memberikan dampak yang positif kepada pengelola dan meningkatkan kualitas wisata yang ada. Kemudian prinsip kondisional yang ada disana masyarakat diberikan bibit oleh Dinas Kehutanan Provinsi Lampung berupa pohon jenis Multi Purpose Tree Species (MPTS). Hal ini diberikan sebagai syarat bahwa masyarkat tetap dapat mengelola kawasan hutan Tahura WAR tetapi tetap menanam jenis pohon yang sesuai untuk ditanam di kawasan tersebut dan tetap dapat membantu dalam aspek ekonomi masyarakat. Penanaman dipilih di beberapa lokasi dan salah satunya di daerah sepadan sungai. Terakhir untuk prinsip keberpihakan yang miskin (pro poor) bahwa berdasarkan syarat yang telah dipenuhi pengelola diberikan kompensasi oleh Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dan berdsarkan keterangan pengelola dana tersebut digunakan untuk memperbaiki berbagai fasilitas yang ada di pos Gunung Betung tersebut untuk memperbaiki fasilitas wisata lebih baik lagi. 


 b. Tahapan-Tahapan Pengelolaan Jasa Lingkungan Air Terjun Wiyono Gunung Betung Sebagai Destinasi Wisata Berdasarkan tahapan yang pertama berupa mengumpulkan informasi didapat beberapa masalah yaitu kurangnya pengelolaan yang baik di air terjun Wiyono. Tetapi memiliki potensi yang besar untuk dijadikan destinasi ekowisata. Hal ini dikarenakan lokasi yang strategis dekat dengan ibukota dan pengunjung yang cukup banyak untuk datang selain mengunjungi air terjun pengunjung juga melakukan camping di kawasan Tahura WAR. Analisis mitra yang ada dilakukan oleh pengelola yaitu masyarakat sekitar yang sekarang dilakukan bersama Dinas Kehutanan Provinsi Lampung. 

Sebelumnya belajar dari kesalahan yang serta dengan penawaran program yang diberikan oleh pihak dinas oleh karena itu masyarakat bersedia melaksanakan mitra kepada dinas. Sehingga sampai saat ini pendampingan oleh pihak dinas yang diwakilkan oleh pihak Tahura WAR tetap berjalan dengan lancar. 

 Negosiasi yang dilakukan oleh pengelola dan mitra ditekankan kepada agar masyarakat tetap menjaga kawasan hutan. Sehingga beberapa syarat dan bantuan diberikan oleh mitra untuk menunjang kelestarian hutan dan ekonomi masyarakat. Sedangkan untuk monitoring pelaksanaan pengelolaan tidak dilakukan secara maksimal oleh pihak mitra. Berdasarkan keterangan pengelola bahwa kunjungan oleh pihak mitra hanya dilakukan beberapa kali saja dan dengan rentangan waktu yang cukup panjang. Berdasarkan keterangan dari prinsip dan tahapan yang ada dapat dilihat berdsarkan skema yang telah dibuat sebagai berikut. 

 Gambar 1. Skema pengelolaan jasa lingkungan di Air Terjun Wiyono Gunung Betung sebagai destinasi wisata. 

 c. Kelembagaan Pengelolaan Jasa Lingkungan Air Terjun Wiyono Gunung Betung Sebagai Destinasi Wisata Berdasarkan keterangan pengelola yang memberikan keterangan yang juga merupakan ketua kelompok yaitu bapak Agus. Lembaga sendiri telah dibentuk yaitu berupa Kelompok Tani Hutan Jaya Makmur yang memiliki pengurus dan anggota sebanyak 35 orang. Anggota terdiri kebanyakan dari kaum pemuda dan ikut turut serta dan andil dalam pengelolaan jasa lingkungan Air Terjun Wiyono Gunung Betung.

 V. KESIMPULAN

 Berdasarkan hasil turun lapang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 

 1. Prinsip-prinsip dalam pengelolaan yang terdiri dari : a. Realistik, nyata terdapat 2 air terjun. b. Sukarela, terdapat pihak yang terlibat yaitu LSM dan Dinas Kehutanan Provinsi Lampung yang diwakili oleh Tahura WAR. c. Kondisional, adanya pemberian jenis bibit dan masyarakat pengelola diharapkan menanam di daerah yang ditentukan terutama di daerah sepadan sungai. d. Pro poor, masyarakat mendapat kompensasi dan menigkatkan pendapatan dari wisata. 

2. Tahapan-tahapan dalam pengelolaan yang terdiri dari : a. Mengumpulkan informasi, terdapat beberapa masalah dan potensi. b. Analisis mitra, masayrakat menyadri pentingnya pihak yang bermitra karena belajar dari kesalahan saat pertama kali bermitra. c. Negosiasi, dilakukan oleh pihak mitra dan masyarakat dan hal yang paling ditekankan bahwa masyarakat tidak boleh merusak kawasan hutan dan tetap menjada keadaan hutan yang seharusnya. d. Monitoring pelaksanaan, belum dilakukan secara maksimal oleh mitra. 

3. Lembaga yang berperan dalam pengelolaan jasa lingkungan ini ialah Kelompok Tani Hutan (KTH) Jaya Makmur. 

 DAFTAR PUSTAKA 

 DOKUMENTASI 

 Gambar 1. Lokasi Air Terjun Gambar 2. Bersama ketua kelompok pengelola