UJI
VIABILITAS BENIH
(Laporan
Pratikum Silvika)
Oleh
Lely
Pratiwi S.
1414151051
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Viabilitas
benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologis
sekumpulan benih yang biasa didasarkan pada perwakilan sejumlah contoh benih.
Pengujian dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian
benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman si lapangan. Salah
satu contoh pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji perkembahan
benih. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung misalkan dengan
mengamati dan membandingkan unsur – unsur tumbuh tertentu.
Pada uji
viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh benih,
penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang lain dalam
satu substrat. Sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan presentase
perkecambahan. Persentase kecambah yang tinggi sangat diinginkan oleh para
petugas persemaian, dan segala sesuatu selain
benih murni yang berkecambah akan dianggap sebagai hal yang tidak
berguna, oleh karena itu pengujian kecambah atau viabilitas harus menggambarkan
kecambah yang potensial. Potensial perkecambahan merupakan hal yang secara
langsung
didapatkan
pada pengujian perkecambahan.Pengujian perkecambahan secara langsung didapatkan
pada pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas digunakan,
baik untuk pengujian benih standar maupun untuk pengujian informasi secara
sederhana persemaian.
Pengujian
viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan (cutting test),
tetrazolium (TZ), pemotongan embrio, dan pengujian hidrogen peroksida (H2O2),
pengujian viabilitas benih biasanya kurang tepat diterapkan untuk benih yang sangat berukuran kecil, bahkan
teknik pemotongan embrio hampir tidak mungkin dilakukan.Tetapi dalam percobaan
ini kami melakukan secara maksimal terhadap benih johar.
B. TUJUAN
Adapun
tujuan dari praktikum uji viabilitas benih ini adalah sebagai berikut.
1.
Mahasiswa mengetahui cara – cara uji viabilitas benih.
2.
Mahasiswa mampu melakukan uji viabilitas benih pohon
3.
Mahasiswa mampu menganalisis hasil uji viabilitas benih pohon hutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Viabilitas
benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme
dan atau gejala pertumbuha, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur
parameter viabilitas potensial benih.Pada umumnya viabilitas benih diartikan
sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk
viabilitas benih adalah daya kecambah benih,persentase kecambah benih atau daya
tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas
benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks
dari viabilitas benih (Sadjad, 1993).
Viabilitas
ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan
maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering
maksimum(100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan
keadaan lingkungan (Kamil, 1979).
Umumnya
parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase perkecambahan
yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan
kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan.
Penilaian
dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang lainnya sesuai
kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002).
Informasi
tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada kondisi
yang optimum. Padahal kondisi lapang sebenarnya jarang didapati berada pada
keadaan optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntumhkandi lapangan dapat
menambah lagi segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase
perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya (Sadjad, 1993).
Kualitas benih
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kualitas genetik, fisiologis, dan
kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk mengetahui kualitas
fisiologis yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk berkecambah. Index
matematis terhadap perkecambahan dapat mudah untuk menggambarkan kualitas benih
yang dapat diterima oleh seluruh konsumen (Al-Karaki, 2002).
III. METODE
PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, sebagai berikut : benih johar, air
biasa dan kertas saring. Alat – alat yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu,
meliputi : lembar kerja mahasiswa, pisau, loupe, gelas, timbangan, seed
blower,pena, dan kamera.
B. Cara Kerja
Hal
– hal yang harus dikerjakan dalam pengamatan morfus daun pohon antara lain
sebagai berikut :
(1)
Uji viabilitas berdasarkan berat
a.
Mengambil 50 biji benih johar sebagi sampel.
b.
Memasukkan benih ke dalam gelas sebanyak 40 biji, kemudian diberi air dengan
volume lebih kurang tiga 3 kali volume benih yang direndam.
c.
Sisihkan benih yang terapung dari benih yang tenggelam/melayang, masing –
masing taruh pada kertas saring.
d.
Amati morfus benih yang tenggelam/melayang,catat perbedaan – perbedaan secara
fisik yang tampak.
e.
Hitung jumlah benih yang tenggelam/melayang. Kemudian nyatakan berapa persen
benih yang viabilitasnya jelek.
(2)
Uji vianilitas berdasarkan kondisi endospermanya
a.
Mengambil 10 butir benih johar sebagai sampel untuk uji viabilitasnya.
b.
Kemudian, benih dibelah longitudinal atau sejajar bidang yang pipih.
c.
Amati kondisi endosperm masing – masing benih.
d.
Hitung berapa jumlah benih yang endospermnya bagus, nyatakan dalam persen
terhadap jumlah benih sampel.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun
hasil praktikum uji viabilitas benih dari pengamatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
No.
|
Benih
Pohon
|
Cara
Uji Viabilitas
|
Jumlah
benih yang diuji
|
Viabilitas
|
|||
Baik
|
Jelek
|
||||||
Butir
|
%
|
Butir
|
%
|
||||
1
|
Johar
|
-Direndam
-Dibelah
|
40 10
|
40
8
|
100 80
|
- 2
|
- 20
|
B. Pembahasan
Dalam praktikum uji viabilitas benih dengan menggunakan biji
johar (Cassia siamea), Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara
langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat
mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara langsung.
Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih
yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme. Ada dua cara yang digunakan untuk mengetahui viabilitas
benih yang baik dan benih yang buruk. Cara yang pertama menggunakan cara uji viabilitas
berat dari 40 butir yang dilakukan dengan cara dimasukan kedalam gelas plastik
yang berisi air biasa dan didiamkan sebentar lalu diamati ada benih yang
tenggelam yaitu 40 butir ini berarti butir yang baik dan tidak ada yang
mengapung maka tidak ada benih yang jelek. Dengan persentase biji yang baik 100%
dan persentase biji yang buruk ada 0%. Uji viabilitas benih yang kedua dengan
cara kondisi endosperm, cara ini dilkukan dengan membelah biji terlebih dahulu
cara membelahnya dengan cara longitudinal atau sejajar pipih. Benih yang
dibelah ada 10 butir dan selanjutnya dilakukan diamati ada 8 biji yang baik dan
ada 2 biji yang buruk, dengan persentase benih yang baik 80% dan persentase
benih yang buruk ada 20%. Inilah pembahasan yang dilakukan dalam praktikum uji
viabilitas benih.
V. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pengujian viabilitas benih meliputi
metode uji secara langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung
kita dapat mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara
langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup
benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme.
2. Dalam praktikum kali ini saat diuji viabilitasnya
berdasarkan uji berat dari 40 benih johar yang diuji ada 40 benih yang baik dan
benih yang jelek ada 0 benih, sedangkan dengan cara uji kondisi endapan dari 10
biji yang dicoba ada 8 benih yang baik dan 2 benih yang jelek.
3. Dari uji viabilitas yang dilakukan persentase yang didapat untuk
uji berat didapat 100% benih yang baik dan 0% biji yang jelek sedangkan dengan
uji kondisi endosperm persentase yang didapat 80% untuk benih yang baik dan 20%
untuk benih yang jelek.
DAFTAR PUSTAKA
Kamil. 1979.
Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Anggota IKAPI. Padang.
H. B. Sutopo.
2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta
: UNS Press.
Sadjad.S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta:
Grasindo.
Kamil.J. 1982.
Teknologi Benih 1. Universitas Andalas. Padang.
Al-Karaki. G.N. 2002. Seed size and water potential
effects on water uptake, germination and growth oflentil. Journal
of Agronomy Crop Science. 181(4) :237-242.