Senin, 13 April 2015

Viabilitas Benih by:Lelyque KEHUTANAN UNILA



UJI VIABILITAS BENIH
(Laporan Pratikum Silvika)








Oleh
Lely Pratiwi S.
1414151051







logo-unila-bw.jpg







FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang


Viabilitas benih merupakan analisis beberapa parameter fisik dan kualitas fisiologis sekumpulan benih yang biasa didasarkan pada perwakilan sejumlah contoh benih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui mutu kualitas kelompok benih. Pengujian benih merupakan metode untuk menentukan nilai pertanaman si lapangan. Salah satu contoh pengujian benih adalah uji viabilitas benih atau uji perkembahan benih. Uji viabilitas benih dapat dilakukan secara tak langsung misalkan dengan mengamati dan membandingkan unsur – unsur tumbuh tertentu.
Pada uji viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang lain dalam satu substrat. Sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan presentase perkecambahan. Persentase kecambah yang tinggi sangat diinginkan oleh para petugas persemaian, dan segala sesuatu selain  benih murni yang berkecambah akan dianggap sebagai hal yang tidak berguna, oleh karena itu pengujian kecambah atau viabilitas harus menggambarkan kecambah yang potensial. Potensial perkecambahan merupakan hal yang secara langsung

didapatkan pada pengujian perkecambahan.Pengujian perkecambahan secara langsung didapatkan pada pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas digunakan, baik untuk pengujian benih standar maupun untuk pengujian informasi secara sederhana persemaian.
Pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian pemotongan (cutting test), tetrazolium (TZ), pemotongan embrio, dan pengujian hidrogen peroksida (H2O2), pengujian viabilitas benih biasanya kurang tepat diterapkan untuk  benih yang sangat berukuran kecil, bahkan teknik pemotongan embrio hampir tidak mungkin dilakukan.Tetapi dalam percobaan ini kami melakukan secara maksimal terhadap benih johar.



B. TUJUAN


Adapun tujuan dari praktikum uji viabilitas benih ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa mengetahui cara – cara uji viabilitas benih.
2. Mahasiswa mampu melakukan uji viabilitas benih pohon
3. Mahasiswa mampu menganalisis hasil uji viabilitas benih pohon hutan.



II. TINJAUAN PUSTAKA



Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme dan atau gejala pertumbuha, selain itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih.Pada umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih,persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih (Sadjad, 1993).
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering maksimum(100 persen) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan (Kamil, 1979).
Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan.

Penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang lainnya sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002).
Informasi tentang daya kecambah benih yang ditentukan di laboratorium adalah pada kondisi yang optimum. Padahal kondisi lapang sebenarnya jarang didapati berada pada keadaan optimum. Keadaan sub optimum yang tidak menguntumhkandi lapangan dapat menambah lagi segi kelemahan benih dan mengakibatkan turunnya persentase perkecambahan serta lemahnya pertumbuhan selanjutnya (Sadjad, 1993).
Kualitas benih digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kualitas genetik, fisiologis, dan kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk mengetahui kualitas fisiologis yang berkaitan dengan kemampuan benih untuk berkecambah. Index matematis terhadap perkecambahan dapat mudah untuk menggambarkan kualitas benih yang dapat diterima oleh seluruh konsumen (Al-Karaki, 2002).


III. METODE PRAKTIKUM



A. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, sebagai berikut : benih johar, air biasa dan kertas saring. Alat – alat yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu, meliputi : lembar kerja mahasiswa, pisau, loupe, gelas, timbangan, seed blower,pena, dan kamera.


B. Cara Kerja


Hal – hal yang harus dikerjakan dalam pengamatan morfus daun pohon antara lain sebagai berikut  :
(1) Uji viabilitas berdasarkan berat
a. Mengambil 50 biji benih johar sebagi sampel.
b. Memasukkan benih ke dalam gelas sebanyak 40 biji, kemudian diberi air dengan volume lebih kurang tiga 3 kali volume benih yang direndam.

c. Sisihkan benih yang terapung dari benih yang tenggelam/melayang, masing – masing taruh pada kertas saring.
d. Amati morfus benih yang tenggelam/melayang,catat perbedaan – perbedaan secara fisik yang tampak.
e. Hitung jumlah benih yang tenggelam/melayang. Kemudian nyatakan berapa persen benih yang viabilitasnya jelek.
(2) Uji vianilitas berdasarkan kondisi endospermanya
a. Mengambil 10 butir benih johar sebagai sampel untuk uji viabilitasnya.
b. Kemudian, benih dibelah longitudinal atau sejajar bidang yang pipih.
c. Amati kondisi endosperm masing – masing benih.
d. Hitung berapa jumlah benih yang endospermnya bagus, nyatakan dalam persen terhadap jumlah benih sampel.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil


Adapun hasil praktikum uji viabilitas benih dari pengamatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
No.
Benih Pohon
Cara Uji Viabilitas
Jumlah benih yang diuji
Viabilitas
Baik
Jelek
Butir
%
Butir
%
1
Johar
-Direndam
-Dibelah

40          10
40
8
100       80
-              2
-           20



B. Pembahasan



Dalam praktikum uji viabilitas benih dengan menggunakan biji johar (Cassia siamea), Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme. Ada dua cara yang digunakan untuk mengetahui viabilitas benih yang baik dan benih yang buruk. Cara yang pertama menggunakan cara uji viabilitas berat dari 40 butir yang dilakukan dengan cara dimasukan kedalam gelas plastik yang berisi air biasa dan didiamkan sebentar lalu diamati ada benih yang tenggelam yaitu 40 butir ini berarti butir yang baik dan tidak ada yang mengapung maka tidak ada benih yang jelek. Dengan persentase biji yang baik 100% dan persentase biji yang buruk ada 0%. Uji viabilitas benih yang kedua dengan cara kondisi endosperm, cara ini dilkukan dengan membelah biji terlebih dahulu cara membelahnya dengan cara longitudinal atau sejajar pipih. Benih yang dibelah ada 10 butir dan selanjutnya dilakukan diamati ada 8 biji yang baik dan ada 2 biji yang buruk, dengan persentase benih yang baik 80% dan persentase benih yang buruk ada 20%. Inilah pembahasan yang dilakukan dalam praktikum uji viabilitas benih.











 

































 



V. KESIMPULAN



Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Pengujian viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat mengetahui dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara langsung. Sedangkan metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme.
2.    Dalam praktikum kali ini saat diuji viabilitasnya berdasarkan uji berat dari 40 benih johar yang diuji ada 40 benih yang baik dan benih yang jelek ada 0 benih, sedangkan dengan cara uji kondisi endapan dari 10 biji yang dicoba ada 8 benih yang baik dan 2 benih yang jelek.
3.    Dari uji viabilitas yang dilakukan persentase yang didapat untuk uji berat didapat 100% benih yang baik dan 0% biji yang jelek sedangkan dengan uji kondisi endosperm persentase yang didapat 80% untuk benih yang baik dan 20% untuk benih yang jelek.



DAFTAR PUSTAKA



Kamil. 1979. Teknologi Benih 1. Angkasa Raya. Anggota IKAPI. Padang.
H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Press.
Sadjad.S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta: Grasindo.
Kamil.J. 1982. Teknologi Benih 1. Universitas Andalas. Padang.
Al-Karaki. G.N. 2002. Seed size and water potential effects on water uptake, germination  and  growth oflentil. Journal of Agronomy Crop Science. 181(4) :237-242.