Senin, 13 April 2015

pH Modern by: Lelyque



pH MODERN
(Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan)








Oleh

Lely Pratiwi S.
1414151051







logo-unila-bw.jpg







FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

I.        PENDAHULUAN



A.      Latar Belakang


Tanah adalah produk transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan, yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi, maupun morfologinya.

pH tertentu yang terukur pada tanah ditentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh karena itu, penentuan pH tanah adalah sebuah satu uji yang paling penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman.Biasanya tanah pada daerah basah bersifat masam dan tanah pada daerah kering bersifat basa (alkali).

Kemasaman tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif disebabkan oleh ion H+ dan Al3+ yang terjerap pada kompleks jerapan.Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkali. Pernyataan ini didasarkan pada jumlah ion H+ dan OH- dalam larutan tanah,bila dalam tanah ditemukan ion H+ lebih banyak daripada OH- ,maka

disebut masam. Bila ion H+ sama dengan ion OH-, maka disebut netral. Bila OH- lebih banyak daripada ion H+ disebut basa.


B.      Tujuan Pratikum


Tujuan dilakukannya pratikum pH meter sebagai berikut.
1.   Mahasiswa dapat menjelaskan sifat kimia tanah hutan yang berkaitan dengan pH tanah.
2.   Mahasiswa dapat menjelaskan implikasi sifat kimia tanah, terutama pH tanah, terhadap ketersediaan unsur hara tnaah dan terhadap budi daya tanaman hutan.





































II.      TINJAUAN PUSTAKA



Reaksi tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup berbagai unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap.  Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah dimana status kimia tanah merupakan suatu faktor yang mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada pertumbuhan tanaman.  Reaksi atau pH yang ekstrim berarti menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu (Pairunan,dkk, 1985).

Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara bagi tanaman.  Konsentrasi ion-ion terlalu sangat beragam dan tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah bahan pelarut.  Pada musim kemarau atau kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam akan berubah drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman (Hakim,dkk, 1986).

Reaksi tanah (pH) perlu diketahui karena tiap tanaman memerlukan lingkungan pH tertentu.  Ada tanaman yang toleran terhadap goncangan pH yang panjang, tetapi ada pula tanaman yang tidak toleran terhadap goncangan pH.  Disamping berpengaruh langsung terhadap tanaman, H juga mempengaruhi faktor lain, misalnya ketersediaan unsur.  Kelarutan Al dan Fe juga dipengaruhi oleh pH tanah.  Pada pH asam, kelarutan Al dan Fe tinggi.  Akibatnya, pada pH sangat rendah pertumbuhan tanaman tidak normal karena suasana (pH) tidak sesuai, kelarutan beberapa unsur menrun, ditambah lagi dengan adanya keracunan Al dan Fe (Rosmarkam, Afandhie & Widya Yuwono, Nasih; 2002).

Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur – unsur yang beracun. Beberapa unsur hara fungsional seperti besi, mangan dan seng berkurang apabila pH dinaikkan dari 5,0 menjadi 7,5 atau 8,0. Molibdenium berkurang ketersediaanya bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari 5,0 besi dan mangan menjadi larut dalam jumlah cukup banyak yang dapat menyebabkan tanaman keracunan. Pada pH yang sangat tinggi, ion bikarbonat akan dijumpai dalam jumlah banyak sehingga dapat menggangu serapan normal unsur lain dan sangat merugikan pertumbuhan tanaman (Syaifuddin Syarief H.F,1998).

Reaksi tanah ialah derajat keasaman tanah yang terdapat di larutan tanah.  Tinggi dan rendahnya nilai reaksi tanah dipengaruhi oleh kelima faktor pembentuk tanah.  Selain itu, keadaan musim, tindakan cocok tanam, tempat pengambilan contoh untuk analisis, kadar air pada saat pengambilan contoh, dan cara pengukuran tanah akan mempengaruhi pH tanah.  Nilai pH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion H+ di dalama tnaah. Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, tanah makinbersifat asam begitu pula sebaliknya (Yani, Ahmad & Ruhimat, Mamat: 2007).

Larutan mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis.  Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah.  Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik (Hakim, dkk, 1986).

pH tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung.  Pengaruh langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun.  Kisaran pH tanah mineral biasanya antara 3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari 3,0.  Alkalis dapat menunjukkan pH lebih dari 3,6.  Kebanyakan pH tanah toleran pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah, konsentrasi ion H+ dan ion OH-,  mineral tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi pH tanah (Kemas, 2005).
III.    METODE PRATIKUM



A.      Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam mengukur pH tanah pratikum ini yaitu sampel tanah dan akuades.  Sedangkan alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah lembar kerja mahasiswa, wadah gelas air mineral sebanyak 1 gelas, pH meter, indikator universal dan alat tulis lainnya.



B.      Cara Kerja


Adapun cara kerja yang dilakukan dalam pratikum ini sebagai berikut.
a.        Mengukur pH tanah dengan indikator universal
1.   Menyiapkan semua bahan dan alat secara lengkap.
2.   Menuangkan aquades pada 1 gelas.
3.   Masukkan sampel tanah yang sebelumnya telah disiapkan ke dalam  gelas tersebut dan aduk sehingga rata.
4.   Tunggulah hingga larutan tanah tadi mengendap.
5.   Masukkan indikator universal  ke dalam larutan tanah tersebut. Tunggulah beberapa menit untuk melihat perubahan yang terjadi.

6.   Setelah terjadi perubahan bandingkan perubahan warna dengan standar indikator universal yang terdapat pada kotak tempat indikator tersebut.
7.   Catatlah hasilnya pada lembar kerja mahasiswa.

b.       Mengukur pH tanah dengan pH meter
1.   Siapkan pH meter.
2.   Kalibrasi pH meter sebelum digunakan yaitu menunjukkan angka 7.
3.   Tancapkan  pH meter ke dalam tanah yang sampelnya tadi telah digunakan pada waktu mengukur pH dengan indikator universal.
4.   pH meter akan menunjukkan seberapa tingkat asam atau basa tanah tersebut.
5.   Catatlah hasil pengamatan pada lemba kerja mahasiswa.
                                                       
































IV.    HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



A.      Hasil Pengamatan


Adapun tabel dari hasil pengamatan mengenai hasil warna lakmus adalah.

No.
Lokasi Sampel Tanah
Nilai pH pada pH meter
Indikator Universal
Sifat pH meter indikator universal
1
Arboretum B
5,97
6 (kuning,orange hijau kuning,kuning pudar)
Asam




B.      Pembahasan


Dari pratikum dan hasil pengamatan dalam mengukur pH tanah dapat dilakukan dua cara, yaitu menggunakan indikator universal dan pH meter.Cara yang digunakan pun berbeda dari dua cara ini.  Jika menggunakan indikator universal maka kita harus membuat larutan terlebih dahulu karena sifat indikator universal  yang harus dicelupkan untuk mempengaruhi warna yang ada di kertas tersebut.  Sedangkan pada pH meter kita hanya mengukur pada larutan tanah yang disiapkan di masukkan pengukur pH meter lalu terbaca berapa keasaman tanah tersebut.

Saat mengukur pH tanah menggunakan indikator universal, disini menggunakan larutan air aquades dengan campuran tanah lalu diaduk lalu tunggu hingga mengendap kemudian ukur dengan indikator universal.  Perubahan warna yang tejadi pada indikator universal tersebut adalah pada gelas yaitu kuning,orange hijau kuning,kuning pudar dengan nilai pH 6 yang menyatakan asam.  Hal ini sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa nilai pH 6 berarti menunjukkan asam (Hakim, dkk, 1986) menyatakan bahwa larutan yang mempunyai pH  7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis.  Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah.  Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik.

Sesuai dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa pH tanah yang rendah dan tinggi dipengaruhi oleh adanya perbedaan kandungan ion H+ dan ion OH-, dimana jumlah ion H+ dan ion OH- juga menentukan kemasaman suatu tanah.  Jika jumlah ion H+ lebih tinggi dari jumlah ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan sebaliknya jika jumlah ion OH- lebih besar daripada ion H+ maka tanah akan bersifat basa.  Pada pengukuran pH tanah menggunakan pH meter didapatkan hasil nilai pH  adalah 5,97. Dengan demikian  sampel tanah tersebut asam.

Dari dua cara pengukuran tersebut pada tanah yang sama kedua cara menunjukkan hasil yang sama bahwa tanah di arboretum B bersifat asam hanya perbedaan ketelitian pada tingkat pHnya.
Penggunaan pH meter mempunyai kelebihan yaitu peralatan lebih modern karena menggunakan alat yang telah dirancang berupa digital sehingga hasil pengkuran pH lebih akurat.Disamping itu, pH meter  juga memiliki kekurangan yaitu untuk mengukur pH terlebih dahulu kita harus mengkalibrasi yaitu sampai pH netral atau sama dengan 7. Bila tidak tepat, maka hasil pengukuran pH yang didapatkan pun akan salah dan tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

Penggunaan indikator universal mempunyai kelebihan yaitu peralatan lebih simpel karena hanya sebuah kertas. Jadi, pada saat melakukan pengukuran pH tinggal memasukkan kertas tersebut kedalam larutan yang kita ingin ketahui pH nya dan mengamati perubahan warna indikator universal yang terjadi. Disamping itu, indikator universal juga memiliki kekurangan yaitu keterbatasan indikator universalnya maka kita harus menggunakannya seminimal mungkin dan penggunaannya yang hanya dapat digunakan satu kali pengukuran.








































V.      KESIMPULAN DAN SARAN



A.      Kesimpulan


Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil data dan pembahasan pratikum ini adalah.
1.   pH mempengaruhi sifat kimia tanah hutan
2.   ketersediaan unsur hara pada tanah tergantung tingkat keasaman tanah tersebut.



B.      Saran


Saran dari penulis dalam praktikum ini yaitu, sebagai berikut :
1.     Mohon ruangan dan kondisi sirkulasi udara di ruangan praktikum    diperhatikan dan dibenahi.
2.      Menurut saya, pratikum ini yang lebih baik daripada pratikum sebelumnya karena waktu yang teratur tidak buru-buru serta penjelasan Asisten Dosen juga yang ringan sehingga pratikan mengerti dengan baik.
3.     Saran saya untuk pratikum ini adalah ketersediaan alat pH meter yang hanya 1 buah untuk 4 kelompok. Walaupun tidak lama dalam 1 kelompok tersebut menggunakan alat untuk mengukur pH tanah.

Tetapi, setidaknya pratikan dapat memahami secara detail mengenai  pH meter.













































DAFTAR PUSTAKA



Hakim Nurhajati, M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.

Hardjowigeno. S. 1992. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.

Pairunan,A. K. J. L.Nanere,Arifin.Solo,S.R.Samosir,Romadulus.Teingkaisari,J.R. Lalo Pua, Bachrul.Ibrahim,Hariadj.Asmadi. 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur, Makassar.

Rosmarkam, Afandhie & WidyaYuwono, Nasih. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta Kanisius.

Syarief  H.F, Syarifudin. 1998. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.

Yani, Ahmad & Ruhimat, Mamat. 2007. Geografi Mengungkap Fenomena Geosfer. Grafindo Media Pratama: Bandung.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar