pH MODERN
(Laporan Praktikum Ilmu Tanah Hutan)
Oleh
Lely Pratiwi S.
1414151051

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tanah adalah produk
transformasi mineral dan bahan organik yang terletak dipermukaan sampai
kedalaman tertentu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetis dan lingkungan,
yakni bahan induk, iklim, organisme hidup (mikro dan makro), topografi, dan
waktu yang berjalan selama kurun waktu yang sangat panjang, yang dapat
dibedakan dari cirri-ciri bahan induk asalnya baik secara fisik kimia, biologi,
maupun morfologinya.
pH tertentu
yang terukur pada tanah ditentukan oleh seperangkat faktor kimia tertentu. Oleh
karena itu, penentuan pH tanah adalah sebuah satu uji yang paling penting yang
dapat digunakan untuk mendiagnosa masalah pertumbuhan tanaman.Biasanya tanah
pada daerah basah bersifat masam dan tanah pada daerah kering bersifat basa
(alkali).
Kemasaman
tanah dibedakan atas kemasaman aktif dan kemasaman potensial. Kemasaman aktif
disebabkan oleh ion H+ dan Al3+ yang terjerap pada
kompleks jerapan.Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral atau alkali.
Pernyataan ini didasarkan pada jumlah ion H+ dan OH-
dalam larutan tanah,bila dalam tanah ditemukan ion H+ lebih banyak
daripada OH- ,maka
disebut
masam. Bila ion H+ sama dengan ion OH-, maka disebut
netral. Bila OH- lebih banyak daripada ion H+ disebut
basa.
B.
Tujuan
Pratikum
Tujuan dilakukannya
pratikum pH meter sebagai berikut.
1. Mahasiswa
dapat menjelaskan sifat kimia tanah hutan yang berkaitan dengan pH tanah.
2. Mahasiswa
dapat menjelaskan implikasi sifat
kimia tanah, terutama pH tanah, terhadap ketersediaan unsur hara tnaah dan
terhadap budi daya tanaman hutan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Reaksi
tanah merupakan salah satu sifat kimia dari tanah yang mencakup berbagai
unsur-unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah menunjukkan tentang keadaan atau
status kimia tanah dimana status kimia tanah merupakan suatu faktor yang
mempengaruhi proses-proses biologis seperti pada pertumbuhan tanaman. Reaksi atau pH yang ekstrim berarti
menunjukkan keadaan kimia tanah yang dapat disebutkan proses biologis terganggu
(Pairunan,dkk, 1985).
Larutan
tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang merupakan hara
bagi tanaman. Konsentrasi ion-ion
terlalu sangat beragam dan tergantung pada jumlah ion yang terlarut dan jumlah
bahan pelarut. Pada musim kemarau atau
kering dimana air banyak yang menguap, maka konsentrasi garam akan berubah
drastis yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari suatu tanaman (Hakim,dkk,
1986).
Reaksi tanah (pH) perlu
diketahui karena tiap tanaman memerlukan lingkungan pH tertentu. Ada tanaman yang toleran terhadap goncangan
pH yang panjang, tetapi ada pula tanaman yang tidak toleran terhadap goncangan
pH. Disamping berpengaruh langsung
terhadap tanaman, H juga mempengaruhi faktor lain, misalnya ketersediaan
unsur. Kelarutan Al dan Fe juga dipengaruhi
oleh pH tanah. Pada pH asam, kelarutan
Al dan Fe tinggi. Akibatnya, pada pH
sangat rendah pertumbuhan tanaman tidak normal karena suasana (pH) tidak
sesuai, kelarutan beberapa unsur menrun, ditambah lagi dengan adanya keracunan
Al dan Fe (Rosmarkam, Afandhie & Widya Yuwono, Nasih; 2002).
Kondisi pH tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman
melalui pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara dan adanya unsur – unsur
yang beracun. Beberapa unsur hara fungsional seperti besi, mangan dan seng
berkurang apabila pH dinaikkan dari 5,0 menjadi 7,5 atau 8,0. Molibdenium
berkurang ketersediaanya bila pH diturunkan. Pada pH kurang dari 5,0 besi dan
mangan menjadi larut dalam jumlah cukup banyak yang dapat menyebabkan tanaman
keracunan. Pada pH yang sangat tinggi, ion bikarbonat akan dijumpai dalam
jumlah banyak sehingga dapat menggangu serapan normal unsur lain dan sangat
merugikan pertumbuhan tanaman (Syaifuddin Syarief H.F,1998).
Reaksi
tanah ialah derajat keasaman tanah yang terdapat di larutan tanah. Tinggi dan rendahnya nilai reaksi tanah
dipengaruhi oleh kelima faktor pembentuk tanah.
Selain itu, keadaan musim, tindakan cocok tanam, tempat pengambilan
contoh untuk analisis, kadar air pada saat pengambilan contoh, dan cara
pengukuran tanah akan mempengaruhi pH tanah.
Nilai pH tanah menunjukkan banyaknya konsentrasi ion H+ di dalama tnaah.
Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, tanah makinbersifat asam begitu pula
sebaliknya (Yani, Ahmad & Ruhimat, Mamat: 2007).
Larutan
mempunyai pH 7 disebut netral, lebih kecil dari 7 disebut masam, dan lebih
besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi
tanah ini sangat menunjukkan tentang keadaan atau status kimia tanah. Status kimia tanah mempengaruhi proses-proses
biologik (Hakim, dkk, 1986).
pH
tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan tanaman, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh
langsung berupa ion hidrogen sedangkan pengaruh tidak langsung yaitu
tersedianya unsur-unsur hara tertentu dan adanya unsur beracun. Kisaran pH tanah mineral biasanya antara
3,5–10 atau lebih. Sebaliknya untuk tanah gembur, pH tanah dapat kurang dari
3,0. Alkalis dapat menunjukkan pH lebih
dari 3,6. Kebanyakan pH tanah toleran
pada yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan tanah mempunyai persediaan hara
yang cukup bagi pertumbuhan suatu tanaman (Sarwono, 2003).
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pH tanah adalah unsur-unsur yang terkandung dalam tanah,
konsentrasi ion H+ dan ion OH-, mineral
tanah, air hujan dan bahan induk, bahwa bahan induk tanah mempunyai pH yang
bervariasi sesuai dengan mineral penyusunnya dan asam nitrit yang secara alami
merupakan komponen renik dari air hujan juga merupakan faktor yang mempengaruhi
pH tanah (Kemas, 2005).
III. METODE PRATIKUM
A.
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan
dalam mengukur pH tanah pratikum ini yaitu sampel tanah dan akuades. Sedangkan alat yang digunakan dalam pratikum
ini adalah lembar kerja mahasiswa, wadah gelas air mineral sebanyak 1 gelas, pH meter, indikator universal dan
alat tulis lainnya.
B.
Cara
Kerja
Adapun cara kerja yang
dilakukan dalam pratikum ini sebagai berikut.
a.
Mengukur pH tanah
dengan indikator universal
1. Menyiapkan
semua bahan dan alat secara lengkap.
2. Menuangkan
aquades pada 1 gelas.
3. Masukkan
sampel tanah yang sebelumnya telah disiapkan ke dalam gelas tersebut dan aduk sehingga rata.
4. Tunggulah
hingga larutan tanah tadi mengendap.
5. Masukkan indikator universal ke dalam larutan
tanah tersebut. Tunggulah beberapa menit untuk melihat
perubahan yang terjadi.
6. Setelah
terjadi perubahan bandingkan perubahan
warna dengan standar indikator universal yang terdapat pada kotak tempat indikator
tersebut.
7. Catatlah
hasilnya pada lembar kerja mahasiswa.
b. Mengukur
pH tanah dengan pH meter
1. Siapkan
pH meter.
2. Kalibrasi pH meter sebelum digunakan yaitu menunjukkan
angka 7.
3. Tancapkan pH meter ke dalam tanah yang sampelnya tadi
telah digunakan pada waktu
mengukur pH dengan indikator universal.
4. pH
meter akan menunjukkan seberapa tingkat asam atau basa tanah tersebut.
5. Catatlah hasil
pengamatan pada lemba kerja mahasiswa.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Adapun
tabel dari hasil pengamatan mengenai hasil warna lakmus adalah.
No.
|
Lokasi Sampel Tanah
|
Nilai
pH pada pH meter
|
Indikator Universal
|
Sifat
pH meter indikator universal
|
1
|
Arboretum
B
|
5,97
|
6 (kuning,orange hijau kuning,kuning pudar)
|
Asam
|
B.
Pembahasan
Dari pratikum dan hasil pengamatan dalam
mengukur pH tanah dapat dilakukan dua cara, yaitu menggunakan indikator universal
dan pH meter.Cara
yang digunakan pun berbeda dari dua cara ini.
Jika menggunakan indikator
universal maka kita harus membuat larutan
terlebih dahulu karena sifat indikator
universal yang harus dicelupkan untuk mempengaruhi warna
yang ada di kertas tersebut. Sedangkan
pada pH meter kita hanya mengukur pada larutan
tanah yang disiapkan
di masukkan pengukur pH meter
lalu terbaca berapa keasaman tanah tersebut.
Saat mengukur pH tanah menggunakan indikator universal,
disini menggunakan larutan air aquades dengan campuran tanah lalu diaduk lalu
tunggu hingga mengendap kemudian ukur
dengan indikator universal. Perubahan warna yang tejadi
pada indikator universal
tersebut adalah pada gelas yaitu kuning,orange
hijau kuning,kuning pudar dengan nilai pH 6 yang menyatakan
asam. Hal ini sesuai dengan tinjauan
pustaka bahwa nilai pH 6
berarti menunjukkan asam (Hakim, dkk, 1986) menyatakan bahwa larutan yang mempunyai
pH 7 disebut netral, lebih
kecil dari 7 disebut masam, dan lebih besar dari 7 disebut alkalis. Reaksi tanah ini sangat menunjukkan tentang
keadaan atau status kimia tanah. Status
kimia tanah mempengaruhi proses-proses biologik.
Sesuai
dengan pendapat Hardjowigeno, S. (1992), bahwa pH tanah yang rendah dan tinggi
dipengaruhi oleh adanya perbedaan kandungan ion H+ dan ion OH-, dimana jumlah
ion H+ dan ion OH- juga menentukan kemasaman suatu tanah. Jika jumlah ion H+ lebih tinggi dari jumlah
ion OH- maka tanah akan bersifat masam dan sebaliknya jika jumlah ion OH- lebih
besar daripada ion H+ maka tanah akan bersifat basa. Pada pengukuran pH tanah menggunakan pH meter
didapatkan hasil nilai pH adalah 5,97. Dengan demikian sampel tanah tersebut asam.
Dari dua cara pengukuran tersebut pada
tanah yang sama kedua cara menunjukkan hasil yang sama bahwa tanah di arboretum B bersifat asam hanya
perbedaan ketelitian pada tingkat pHnya.
Penggunaan pH meter
mempunyai kelebihan yaitu peralatan lebih modern karena menggunakan alat yang
telah dirancang berupa digital sehingga hasil pengkuran pH lebih
akurat.Disamping itu, pH meter juga
memiliki kekurangan yaitu untuk mengukur pH terlebih dahulu kita harus
mengkalibrasi yaitu sampai pH netral atau sama dengan 7. Bila tidak tepat, maka
hasil pengukuran pH yang didapatkan pun akan salah dan tidak sesuai dengan yang
sebenarnya.
Penggunaan indikator
universal mempunyai kelebihan yaitu peralatan lebih simpel karena hanya sebuah
kertas. Jadi, pada saat melakukan pengukuran pH tinggal memasukkan kertas
tersebut kedalam larutan yang kita ingin ketahui pH nya dan mengamati perubahan
warna indikator universal yang terjadi. Disamping itu, indikator universal juga
memiliki kekurangan yaitu keterbatasan indikator universalnya maka kita harus menggunakannya
seminimal mungkin dan penggunaannya yang hanya dapat digunakan satu kali
pengukuran.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
dapat ditarik dari hasil data dan pembahasan pratikum ini adalah.
1. pH
mempengaruhi sifat kimia tanah hutan
2. ketersediaan
unsur hara pada tanah tergantung tingkat keasaman tanah tersebut.
B.
Saran
Saran dari penulis dalam praktikum ini
yaitu, sebagai berikut :
1.
Mohon ruangan
dan kondisi sirkulasi udara di ruangan praktikum diperhatikan dan dibenahi.
2.
Menurut saya, pratikum
ini yang lebih baik daripada pratikum sebelumnya karena waktu yang
teratur tidak buru-buru serta penjelasan Asisten Dosen juga yang ringan sehingga
pratikan mengerti dengan baik.
3. Saran
saya untuk pratikum ini adalah ketersediaan alat pH meter yang hanya 1 buah
untuk 4 kelompok. Walaupun tidak lama dalam 1 kelompok tersebut menggunakan
alat untuk mengukur pH tanah.
Tetapi, setidaknya pratikan dapat memahami secara detail mengenai pH meter.
DAFTAR
PUSTAKA
Hakim
Nurhajati, M. Yusuf Nyakpa, A.M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin Diha, Go
Ban Hong, H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Universitas, Lampung.
Hardjowigeno.
S. 1992. Klasifikasi Tanah dan
Pedogenesis. Akademika Pressindo, Jakarta.
Pairunan,A.
K. J. L.Nanere,Arifin.Solo,S.R.Samosir,Romadulus.Teingkaisari,J.R. Lalo Pua,
Bachrul.Ibrahim,Hariadj.Asmadi. 1985. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negri Indonesia Timur,
Makassar.
Rosmarkam,
Afandhie & WidyaYuwono, Nasih. 2002. Ilmu
Kesuburan Tanah. Yogyakarta Kanisius.
Syarief H.F, Syarifudin. 1998. Fisika Kimia Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana.
Yani,
Ahmad & Ruhimat, Mamat. 2007. Geografi
Mengungkap Fenomena Geosfer. Grafindo Media Pratama: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar